Jalin Terapkan Teknologi Deteksi Kecurangan untuk Awasi Ratusan Juta Transaksi Digital

Di tengah pesatnya pertumbuhan transaksi digital dan integrasi sistem pembayaran nasional, risiko kejahatan keuangan kian berkembang; baik dari sisi pola, kanal, maupun skala penyebarannya. Berbagai modus baru bermunculan, mulai dari rekayasa sosial (social engineering), penyalahgunaan rekening, hingga eksploitasi terhadap celah-celah dalam kanal transaksi bernilai kecil namun masif. Bagi pelaku industri sistem pembayaran, tantangan ini tidak bisa disikapi reaktif, melainkan harus dijawab dengan sistem yang tangguh, menyeluruh, dan adaptif.

PT Jalin Pembayaran Nusantara (“Jalin”) bagian dari Holding BUMN Danareksa dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk sebagai perusahaan pemroses pembayaran digital (switching) nasional menjawab tantangan tersebut dengan menerapkan Fraud Detection System (FDS) yang dirancang untuk mendeteksi potensi kecurangan di dalam jaringan transaksi keuangan digital di Indonesia. FDS Jalin memadukan dua pendekatan utama: rule-based detection, yaitu pemantauan berdasarkan parameter dan aturan yang telah ditetapkan; dan behavior-based detection, yakni pemantauan berbasis pola transaksi historis dan kebiasaan pengguna atau institusi.

Sistem ini beroperasi secara terintegrasi langsung dengan core switching Jalin. Saat transaksi terjadi, FDS segera menganalisis kejanggalan yang terjadi, misalnya lonjakan frekuensi penarikan tunai, transaksi dalam nominal tinggi di luar kebiasaan, atau aktivitas yang menyimpang secara geografis. Ketika ditemukan potensi fraud, sistem secara otomatis mengirimkan alert dan mengklasifikasikannya berdasarkan tingkat risiko, untuk ditindaklanjuti oleh tim fraud operation Jalin dan institusi terkait.

Salah satu kekuatan utama sistem ini terletak pada kemampuannya melihat pola transaksi lintas kanal dan lintas institusi. Berbeda dari sistem pemantauan internal yang hanya bekerja dalam ruang lingkup satu bank atau lembaga, FDS Jalin berfungsi sebagai simpul pengawas tengah, memungkinkan visibilitas menyeluruh atas jaringan transaksi nasional. Inilah yang menjadikan FDS Jalin krusial dalam mendeteksi potensi fraud yang bersifat sistemik, yang sering kali tak terlihat jika hanya dilihat dari satu sisi.

Seluruh parameter dan ruleset dalam sistem ini dievaluasi secara berkala oleh fungsi risiko dan teknologi, serta diaudit untuk menjamin kesesuaiannya dengan standar keamanan nasional dan internasional. Penguatan berkelanjutan juga dilakukan dengan menyesuaikan parameter terhadap dinamika baru di industri, termasuk tren penggunaan kanal sistem pembayaran, lonjakan musiman, serta potensi kolusi antar entitas.

Dalam beberapa kasus, efektivitas FDS terbukti mampu mencegah kerugian. Salah satunya terjadi saat sistem mendeteksi pola penarikan tunai intensif dalam waktu singkat di lokasi berbeda. Dalam hitungan menit, alert dikirimkan, dan transaksi diblok sebelum dana sempat ditarik sepenuhnya. Ini bukan sekadar soal teknologi, tapi tentang menjaga kepercayaan dalam setiap rupiah yang berpindah lewat jaringan sistem pembayaran nasional.

Namun menjaga keamanan transaksi digital tidak bisa menjadi upaya satu pihak saja. Di tengah meningkatnya intensitas dan skala serangan siber, kolaborasi lintas sektor antara pelaku industri, regulator, dan asosiasi menjadi semakin krusial. Sinergi antara penyedia layanan switching seperti Jalin dengan otoritas seperti Bank Indonesia, OJK, dan BSSN, serta forum-forum industri seperti ASPI, AFTECH menjadi landasan penting dalam membangun shared defense system yang tangguh. Ke depan, integrasi antar sistem, berbagi data fraud secara terkendali, dan harmonisasi standar pengamanan lintas lembaga perlu terus diperkuat sebagai bagian dari arsitektur ketahanan siber nasional.