Waspadai Bukti Transfer Palsu: Lindungi Bisnismu dari Modus Baru
Apr 29, 2025

Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) membawa dampak besar bagi pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia. Menurut laporan McKinsey, AI dan otomatisasi diperkirakan dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 0,8 hingga 1,4 persen per tahun dalam 5–10 tahun ke depan, mendorong pertumbuhan ekonomi nasional menuju angka 8 persen.
Penggunaan AI kini semakin meluas, dari bidang pertanian, transportasi, kesehatan, hingga industri keuangan. Namun, pesatnya perkembangan AI juga menghadirkan risiko baru.
Teknologi seperti generative AI (GenAI), retrieval-augmented generation (RAG), dan model bahasa besar (LLM) mendorong munculnya penipuan digital yang semakin canggih. Modus seperti deepfake — teknologi berbasis AI yang mampu memalsukan gambar, video, atau suara sintetis — hingga berbagai skema penipuan berbasis GenAI kini kian marak.
Cybersecurity Ventures bahkan memperkirakan bahwa kejahatan siber global dapat menyebabkan kerugian sebesar USD 10,5 triliun per tahun pada 2025. Pasalnya, jika dihitung, nilainya bisa setara dengan PDB negara terbesar ketiga di dunia. Ini menjadi alarm keras, terutama bagi pelaku bisnis yang bergantung pada transaksi digital.
Bukti Transfer Palsu: Modus Penipuan yang Makin Marak
Di Indonesia, maraknya penipuan berbasis AI juga mulai terasa. Alfons Tanujaya dari Vaksincom mengungkapkan, tantangan sebenarnya bukan hanya dari kecanggihan AI itu sendiri, tetapi dari meningkatnya kasus pemalsuan bukti transfer yang bisa dibuat menggunakan berbagai aplikasi, termasuk AI.
Saat ini, pelaku penipuan bisa menggunakan tools seperti ChatGPT untuk membuat slip transfer palsu. Dengan teknologi image editing (rekayasa gambar) AI atau deepfake text generator (teks palsu), hasil rekayasa ini tampak sangat menyerupai bukti asli.
Beberapa bentuk bukti transfer palsu yang umum ditemukan meliputi:
- Screenshot
- Aplikasi yang memodifikasi tampilan mobile banking.
- Rekayasa digital lainnya.
Kemudahan digital memang mempermudah bisnis, tapi juga memperbesar risiko. Karena itu, merchant perlu lebih cermat dan hati-hati dalam melakukan verifikasi transaksi.
Cara Membedakan Bukti Transfer Asli vs Editan AI
Agar tidak tertipu, berikut beberapa hal penting yang perlu diperhatikan:
1. Periksa detail kecil
Bukti transfer editan sering kali memiliki perbedaan tipis pada font, spasi, atau tata letak dibandingkan format asli dari bank.
2. Perhatikan resolusi gambar
Editan biasanya menghasilkan gambar yang lebih buram atau kurang tajam, terutama di bagian angka nominal atau logo bank.
3. Cek nama pengirim dan nama bank
Typo atau ketidaksesuaian antara nama pengirim dengan informasi yang diberikan bisa menjadi tanda bukti transfer palsu.
4. Bandingkan dengan bukti transfer resmi sebelumnya
Format slip transfer dari bank biasanya konsisten. Membandingkan dengan bukti yang valid sebelumnya bisa membantu mendeteksi kejanggalan.
5. Jangan hanya percaya screenshot
Yang paling penting, selalu cek langsung melalui aplikasi resmi atau internet banking untuk memastikan uang benar-benar masuk ke rekening.
Tips Verifikasi Bukti Transfer yang Aman
Untuk memperkuat keamanan transaksi, merchant perlu menerapkan langkah-langkah verifikasi tambahan berikut:
1. Aktifkan fitur notifikasi transaksi masuk dari bank
Pastikan kamu menerima pemberitahuan otomatis dari bank setiap kali ada dana yang masuk ke rekening. Ini membantu mengonfirmasi transaksi tanpa perlu menunggu bukti manual dari pelanggan.
2. Minta pengirim tunjukkan bukti dari email/SMS resmi bank
Bukti transfer asli biasanya dikirim melalui saluran resmi seperti email atau SMS bank, bukan hanya berupa tangkapan layar. Mintalah pelanggan untuk menunjukkan bukti tersebut untuk verifikasi tambahan.
3. Cocokkan nama pengirim dan nominal dengan informasi yang diberikan
Selalu cocokkan data pengirim (nama dan bank) serta jumlah uang yang ditransfer dengan informasi awal yang kamu terima. Perbedaan kecil bisa menjadi tanda adanya kejanggalan.
4. Cek mutasi rekening melalui aplikasi bank
Langkah paling aman adalah langsung memeriksa mutasi rekening melalui internet banking atau aplikasi resmi bank. Dengan begitu, kamu bisa melihat transaksi masuk secara real-time.
5. Waspada terhadap pelanggan yang terburu-buru atau memaksa
Pelaku penipuan sering kali mencoba menekan merchant dengan alasan buru-buru. Jika pelanggan terkesan mendesak atau marah saat diminta waktu untuk verifikasi, itu bisa menjadi tanda kita untuk meningkatkan kewaspadaan.
6. Laporkan transaksi mencurigakan ke call center bank
Jika kamu menemukan transaksi yang mencurigakan, segera laporkan ke call center resmi bank yang kamu gunakan. Semakin cepat dilaporkan, semakin besar peluang untuk mencegah kerugian lebih lanjut.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Menjadi Korban?
Jika setelah verifikasi kamu menemukan indikasi penipuan, dan tidak puas dengan penanganan dari bank terkait, kamu bisa melaporkan kasus tersebut ke Bank Indonesia (BI) atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Informasi kontak pengaduan Satgas PASTI OJK:
- Call center: 157
- Channel Satgas PASTI via WhatsApp: (+62) 81-157-157-157
- Email: satgaspasti@ojk.go.id
- Instagram: @satgas_pasti
Menangani risiko bukti transfer palsu membutuhkan kewaspadaan, ketelitian, dan respons cepat. Sebab, di era digital, menjaga kewaspadaan adalah kunci. Dengan menerapkan langkah verifikasi yang tepat, kamu bisa melindungi bisnismu dari ancaman bukti transfer palsu yang makin canggih.
Lebih baik cek ulang daripada menyesal kemudian!
Artikel Terbaru